Beberapa minggu menjelang usianya yang keenam bulan, dia mulai belajar menopang tubuhnya untuk belajar duduk sendiri. Langkah pertama yang diambil sebelum dudukpun terlihat sangat lucu, pertama kali dia akan tengkurap, lalu posisi sujud, diteruskan dengan mengangkat tubuhnya dalam posisi duduk, awalnya dia belum terlalu kuat untuk mengangkat punggungnya tegak lurus, masih menjorok ke depan layaknya seseorang yang tengah melakukan ruku’ dalam shalat.
Namun beberapa hari kemudian, punggungnya mulai kuat menopang tapi seringkali dia mengangkat punggungnya terlalu ke belakang, alhasil tubuhnya langsung terjatuh ke belakang. Sehingga aku harus menyiapkan bantal di belakang tubuhnya sebagai alas.
Tiap hari dia berlatih penuh bersemangat, namun tak jarang merajuk jika dirasa terlalu sering terjatuh ke belakang. dan akhirnya tepat diusianya yang keenam bulan, dia sudah mampu duduk dengan sempurna☺
Tawanya lepas terdengar tiap kali dia merasa puas dengan pencapaian yang dilakukannya, dengan suara yang tak jelas dia seakan sedang membanggakan diri atas hasil yang tengah dicapainya. Maka aku akan menyambut suaranya dengan memberikan pujian dan kecupan sebagai tanda selamat.
***
maka sebuah kloset kecil berwarna biru berbentuk dinosaurus kuhadiahkan sebagai ucapan selamat atas kerja kerasnya. Dan dia menyambut hadiah itu dengan sukacita. Kemampuannya untuk duduk adalah permulaan untuk dia supaya bisa belajar buang hajat secara mandiri pada tempatnya. Maka kloset biru itulah yang akan mendampinginya belajar.
Sebagai orang yang lebih banyak menghabiskan waktu dengan dia, maka tak sulit bagiku untuk mengetahui pertanda jika dia ingin buang hajat. Biasanya tubuhnya akan merinding saat hendak pipis atau pup. Jika tanda itu muncul, maka dengan cepat dia akan ku dudukan pada klosetnya.
Tak selalu berjalan mulus, karena sebelum tanda merinding tiba ternyata dia sudah pipis atau pup. Namun tentu saja menyerah adalah hal yang pantang bagiku dalam mendampingi dia untuk bisa tumbuh dengan mandiri, maka sabar adalah kunci atas semua usaha ini.
Maka tak ada usaha yang sia-sia, kesabaran dan ketekunan selalu menunjukkan hasil terbaiknya. Lambat laun dia mulai terbiasa untuk menggunakan kloset. Dia akan berlari kecil saat dirasa membutuhkan klosetnya. Dan hatiku berbunga-bunga mendapatinya makin mandiri.
Selalu saja aku tersenyum melihat tingkah lucunya saat terbirit-birit meraih kloset, terduduk dengan leganya, lalu wajahnya mulai menggambarkan kegiatan fisiologis antara usus besar dan anus yang sedang dilakukannya. Lucu!
dan setiap pilihan tentu ada konsekuensinya, dia yang sudah terbiasa menggunakan kloset kecil biru berbentuk dinosaurus itu merasa nyaman hanya dengan kloset biru itu, sehingga kemanapun kami pergi maka si kloset harus ikut serta. Jika lupa dibawa maka dia akan mengalami sembelit, karena merasa tidak nyaman harus buang hajat tanpa bersentuhan dengan kloset biru.jika sudah begini, aku harus meyakinkanmya untuk nyaman tanpa si kloset biru. bukan perkara yang sederhana.
***
tahukah engkau yang paling menarik dari proses buang hajat? adalah ketika kau sedang kelaparan, menyantap makananmu dengan lahap lalu mendapati dia terbirit-birit meraih klosetnya, duduk dengan lega dan mengeluarkan semua yang terdapat dalam usus besarnya.hehehe
anehnya, aku tak pernah merasa jijik. Segera aku akan mencuci tanganku dan menghampirinya, membersihkan anusnya. Mengelap dan membantu menggenakan celana. Lalu melanjutkan lagi laparku yang belum tuntas.
What a wonderful moment☺
Kelak, suatu hari nanti mungkin kau yang akan melakukan untukku, Nak :P
penuh cinta, Bunda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar