Rabu, 21 Desember 2011

berjuta cinta untuk ibu

Bagi banyak orang di bumi ini tentu ibu adalah orang terpenting dalam kehidupan mereka, betapapun orang lain menilai banyak kekurangan pada dirinya namun semua perkata itu tak menjadi soal yang perlu dipusingkan, apapun kata dunia-tak akan ada yang bisa merubah satu hal, bahwa dia adalah ibu kita, orang yang telah melahirkan dan membesarkan kita dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Begitupun juga dengan diriku, ibu adalah harta terindah yang kumiliki di dunia ini.
Bila boleh meminjam perumpamaan seorang gatot kaca,mungkin itulah gambaraan ibuku - bertulang besi dan berotot baja. Apapun akan dilakukan demi menghasilkan rupiah guna mengisi perut semua penghuni di rumah, juga untuk membiayai sekolah kami (anak-anaknya) yang tak lagi murah harganya
Sebagai seorang single fighter dalam mencukupi segala kebutuhan keluarga, rasanya tak ada lelah yang boleh melintas dalam kepalanya, karena kelelahan berarti tak ada makanan di rumah. Segala hal yang mungkin dapat dilakukan pasti akan dikerjakannya, mulai dari catering, kompeksi hingga kulakan baju.
Masih kuingat bagaimana ekspresi ibu, saat pertama kali mengetahui bahwa aku terinfeksi CMV (citomegalo virus) kala itu badanku yang sintal mampu turun secara drastic berat badannya, bahkan payudara pun tinggal disisakan putingnya saja. Wajah ibu memerah menahan sedih dan tangisnya namun air mata tak jua menetes hanya mengembang di matanya saja, yah…. Begitulah ibu, selalu tak ingin menangis dihadapan anaknya, beliau selalu ingin terlihat kuat dihadapan anak-anaknya karena tak ingin membuat anaknya semakin bersedih.
Juga tak kala mengetahui kehamilanku, tak habis-habisnya tiap malam dihabiskannya untuk bertirakat, berdoa dan bersujud pada yang Kuasa agar kehamilanku berjalan lancar dan juga bakal cucunya terlahir layaknya banyak orang di bumi ini.
***
Meski kami terlihat harmonis, sebenarnya tak jarang kami berselisih pendapat malah bisa dikatakan sering terjadi. Ibuku yang masih kaku di zaman yang semakin modern ini terkadang tak bisa lentur dalam menghadapi zaman yang sudah banyak berbeda dengan ketika beliau tumbuh besar. Dan masih banyak lagi hal sepele yang bisa menjadi bahan perdebatan. Namun, segala perbedaan itu justru membuat rasa cintaku makin besar untuk ibu.
Ibu yang sering mengorbankan kesenangannya demi anak dan suaminya, yang rela melakukan apapun demi keberlangsungan hidup keluarganya, yang justru tak menganggap penting kebutuhannya sendiri adalah beliau yang telah melahirkanku, yang sudah ikhlas mengorbankan nyawanya demi sebuah nafas kehidupan.
Melihat senyuman dan mendengar suaranya yang ceria adalah kebahagiaan yang tak ternilai bagiku, melihatnya sehat pada usia yang telah lebih dari setengah abad adalah rasa syukur yang tinggi pada yang Kuasa. Memeluk dan dapat merasakan hangat tubuhnya adalah anugerah yang berharga.
***
Terimakasih ibu atas segala kasih yang telah kau berikan
Pada cinta yang tulus yang selalu kau persembahkan
Pada segala pengorbanan yang tak bisa dinilai dengan rupiah
Pada kesabaranmu dalam mendidik dan membesarkanku,
Terimakasih ibu,..
Mungkin banyaknya bintangpun tak dapat mengalahkan banyaknya hal yang telah kau lakukan demi anakmu.
Terimakasih ibu..
Karena tak ada yang mudah untuk menjadi seorang ibu.
Selamat hari ibu bagi semua ibu di dunia ini,
Untuk senyuman mereka yang serupa senyuman bidadari.
Jakarta, 22 desember 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar