Sabtu, 12 Oktober 2013

Pilih obat atau yang alami?

Apa jadinya jika seseorang yang sudah disumpah sebagai Apoteker tapi gagap ketika menghadapi anaknya sendiri sakit? Hehehe
Yupp… itu aku, rasanya otakku kehilangan fungsinya untuk berfikir, antara idealitasku sebagai individu yang sangat hati-hati dalam menggunakan obat dan seorang ibu yang mengharapkan hal terbaik bagi anaknya. Hal tersebut tentu saja mengundang canda dari rekan sejawatku saat ku bertanya banyak hal tentang obat untuk bayi, mereka menjawab antara percaya dan tidak, karena hal sekecil batuk dan pilek saja aku begitu ragu untuk menentukan pilihan.
Tentu pikiranku kembali pada saat aku masih menjadi mahasiswa, duduk tenang sambil mendengarkan seorang Dosen menjelaskan banyak hal tentang obat, salah satu yang masih lekat dalam ingatanku adalah bahwa obat sama dengan racun, penggunaan yang kurang tepat baik dosis ataupun indikasinya tentu akan berakibat fatal. Selain itu, penjelasan mengenai tubuh yang sebenarnya sistem untuk melakukan proses penyembuhannya sendiri juga terus terngiang dalam telingaku.
Maka untuk gadis kecil dengan bibir merah strawberrynya, aku tak ingin main-main. Jelas aku tak ingin memasukkan racun ke dalam tubuhnya, terlebih jika sakitnya hanya batuk dan pilek. Namun, dilain pihak aku tak sampai hati melihat gadis cilik melawan hidung mampet dan batuk yang datang dengan jeda yang tak lama. Hal yang terberat adalah semua keputusan ada padaku, lelakiku mempercayakan hal medis padaku, karena menurutnya aku yang lebih paham. Jika aku bimbang, maka dia akan menjawab “ya, menurut bunda apa yang terbaik? Dikasih obat boleh-gak juga gak kenapa-kenapa”
Tak jarang, aku ke dokter hanya untuk mengontrol kondisi anakku saja, jika kurasa dari penjelasan Dokter kurasa gadis kecil masih dalam kondisi aman, maka rentetan panjang resep jarang kutebus, jikapun ada yang kutebus tentu sudah kupilah-pilah.
Tak jarang, aku ke dokter hanya untuk mengontrol kondisi anakku saja, jika kurasa dari penjelasan Dokter kurasa gadis kecil masih dalam kondisi aman, maka rentetan panjang resep jarang kutebus, jikapun ada yang kutebus tentu sudah kupilah-pilah.
Kupercayakan semua penyembuhan gadis cilik pada keajaiban ASI, menurutku ASI lah satu-satunya yang paling mujarab untuk menyembuhkannya, jika sedang terserang batuk-pilek atau demam, maka frekuensi pemberian ASI akan kuberikan lebih sering dan lebih lama. Akupun akan menghabiskan malam yang sulit untuk terpejam, karena praktis gadis cilik tak bisa nyenyak tidur. Tapi aku menikmatinya dan jauh merasa lebih tenang dibandingkan harus menyerahkan penyembuhannya pada bahan kimia.
***
namun, aku tak bisa lagi menjadi seorang yang idealis. Meski ku paham betul gadis kecil masih doyan makan dan air kencingnya pun masih keluar beberapa kali. Namun diarenya benar-benar membuatku frustasi.
Gadis cilik terduduk lemas di pojok tempat tidur, ini sudah muntahan dan mencret yang ketiga kalinya terjadi sejak dia bangun pagi tadi, padahal ini baru pukul Sembilan pagi.
“gak kenapa-kenapa bunda, nanti aku makan lagi” begitu gadis kecil menenangkanku tiap kali dia usai muntah.
Pikiranku sudah melayang terlalu jauh, tentang resiko diare yang cukup berbahaya bagi balita. Tentang dehidrasi, dan segala macam pikiran bercampur jadi satu. Aku menahan tangis, karena gadis kecil terlihat makin abu saat melihatku menangis.
Akupun menyerah, membawanya ke rumah sakit. Lima hari kami habiskan disana. tak berdaya melihat gadis kecil ketakutan dan kesakitan saat jarum infus kesusahan mencari nadinya, sehingga beberapa kali tusukan terpaksa dirasakan tubuhnya. dan hanya bisa pasrah ketika larutan antibiotik disuntikkan ke dalam tubunya, dua kali sehari.
***
beruntunglah paska kejadian itu, tak sengaja bertemu teman lama- Mbak Indana namanya, mengenalkanku tentang komunitas orangtua yang berjuang mempromosikan ASI eksklusif dan cara hidup sehat untuk tumbuh kembang anak, atau yang lebih dikenal dengan JPC (Jogja Parenting Community). Mengenal komunitas ini membuatku merasa memiliki rekan yang sejalan, bahkan aku bisa mendapatkan lebih banyak lagi ilmu dari komunitas ini.
***
hey.. lihat gadis kecil sangat gemar menikmati sesendok madu tiap harinya, dia akan melahap dengan sukacita. Bahkan wedang secang, wedang sereh dan setup jambu pun akan lebih dinikmatinya dibanding sirup obat-obatan:p
semoga Tuhan selalu melindungi gadis kecilku. Amin
Penuh cinta, Bunda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar