Senin, 07 November 2011

Tiga perempuan, satu impian (part I)

Selasa pagi sekitar jam delapan, aku dan shelo telah mantap duduk disebuah bis Prayogo yang akan membawa kami ke daerah Kutoarjo, hendak mengunjungi seorang teman lama.
Bis cukup sepi, dari sekitar lima puluh bangku yang tersedia, mungkin hanya sekitar dua puluh orang saja yang mengisi. Hal ini membuat suasana lebih longgar dan juga asap rokok tak begitu marak memenuhi bis.
Shelo dengan nyaman duduk sendiri pada bangkunya, sambil bersenandung lagu karangannya. Selain karena sudah merasa besar, juga karena tubuhnya yang sudah panjang (lebih dari setengah tinggi badan bunda) membuat shelo lebih nyaman untuk duduk sendiri dibanding dipangku.
Iringan lagu berirama dangdut yang dibawakan oleh beberapa pengamen yang lalu lalang membuat perjalanan lebih berwarna, shelopun nampak menikmati hiburan ini. Digoyangkannya tubuh kecilnya dengan riangnya mengikuti irama yang didendangkan, hingga membuatnya lelah lalu tertidur lelap dalam pelukanku.
Sebenarnya ini bukan perjalananku yang pertama menyusuri daerah sekitar Kutoarjo dengan menggunakan bis, beberapa tahun silam pernah juga aku melintasi daerah sini saat ketinggalan kereta menuju Jogja. Namun, tahun yang lampau itu ternyata tak cukup lengkap tersimpan dalam memoriku, hal ini membuatku tersasar sekitar satu kilometer dari tujuan pemberhentianku di terminal Kutoarjo. Kernet bis yang dalam asumsiku akan berteriak-teriak memberikan informasi tempat mangkal yang sedang disiggahi, ternyata hanya diam saja. Terlebih bis tidak masuk ke dalam terminal yang letaknya jauh masuk ke dalam, membuatku tidak menyadari bahwa kami telah ngetem sekitar sepuluh menit di pangkalan terminal Kutoarjo:-P
Untunglah cepat tersadar, ketika kulihat beberapa spanduk pada warung-warung makan dipinggiran jalan menunjukkan alamat JL. Kutoarjo-Kebumen. Segera kutanya seorang penumpang yang duduk disamping bangkuku. Dan benar, saya sudah kebablasan!
Jjjiiiiahhh…. Langsung panik, dan cepat menggendong Shelo yang masih pulas tertidur. Sang kernet yang dimintai pertanggungjawaban langsung meminta maap, karena sebelumnya ketika membayar tiket aku sudah mengatakan padanya untuk memberitahuku jika telah tiba di terminal Kutoarjo.
Sambil memberikan pengarahan untuk menyebrang jalan dan menggunakan angkutan perkotaan yang akan melewati terminal, kami diturunkan dipinggir jalan sambil mengucapkan maap.
Fiuhhh… syukurlah, kalau tidak tentu kami akan dibawa hingga pemberhentian terakhir : Purwokerto
***
angkutan kota yang dimaksudkan tibalah, sebuah minibus yang dapat diisi sekitar lima belas orang. Dengan membayar tiga ribu rupiah kami diantarkan menuju tujuan yang terlewat. Kutekankan pada Kernet bis agar memberitahu jika sudah tiba diterminal, khawatir kebablasan untuk kedua kalinya:-P
“nah… kita naik bis yang lain lagi bunda?” Shelo terbangun, sambil memandang heran kesekeliling.
Lima belas menit berlalu, dan tibalah kami di tempat pangkalan bis terminal Kutoarjo. Kamipun turun dengan nafas lega. Lurus dihadapkanku telah melambai-lambai seorang perempuan berkerundung merah, dengan kemeja kotak-kotak merah-hitam dan legging coklat tua.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar