Yogyakarta, 21 nopember 2011bunda
Kamis, 24 November 2011
Shelo, First day trial school…
kejadian tadi pagi mengingatkanku pada kenangan beberapa waktu silam ketika masih duduk di TK nol kecil. Sebagai anak pertama, aku tumbuh dalam belaian kasih sayang yang berlebih, hingga membuat sedikit manja. Tiap kali masuk ke dalam kelas untuk mengikuti pelajaran, wajah ibuku harus senantiasa muncul di jendela tiap kali aku memandang ke arahnya, jikalau tidak maka aku akan menangis.
Kejadiannya begitu cepat terjadi, saat aku sedang bermain ke meja kelompok lain guna melihat hasil karya yang sedang mereka buat, ternyata seorang teman lelaki berperut tambun telah menduduki tempat dudukku. Tak terima dengan ulahnya yang menggunakan tempat dudukku tanpa meminta izin terlebih dahulu, membuatku marah kepadanya. Mungkin karena tidak terima terhadap omelanku, tanpa menjawab tangannya dengan cepat dan kencang langsung memukul perutku. Pecahlah tangisku karena kesakitan, terlebih ketika kulihat ke arah jendela tak ada wajah ibuku dibaliknya.
Dan hari ini itu terjadi pada anakku, Shelomita, saatku lepaskan pandangan darinya.
Pagi ini, aku mengajaknya untuk melakukan uji coba pada sebuah PAUD (pendidikan anak usia dini) di dekat rumah. Telah banyak sekolah yang kudatangi, tapi belum ada yang cocok-selain harga yang selangit juga karena lokasi yang cukup jauh dari rumah. Informasi mengenai sekolah ini kudapatkan dari tetangga dekat rumah yang kebetulan anaknya bersekolah disana. Jadi, tak ada salahnya untuk dicoba.
Sebelum mencapai ke sekolah yang dimaksud, kami melewati serangkaian kedamaian alam pedesaan, kerimbunan pohon bambu rindang yang menghalangi mentari langsung menyapa bumi, juga beberapa sapi yang nampak nikmat menyantap hidangan pagi pada kandangnya masing-masing dan kokokan ayam yang riuh sambil berkejar-kejaran satu dengan yang lainnya.
Shelo menyambut riang sekolahnya yang bercat warna-warni, langsung berlari kegirangan mengitari halaman sekolah. Lalu mengikuti instruksi Bu Guru yang mempersilahkannya meletakkan sendal pada tempatnya. Dengan ramah disalaminya para Ibu Guru yang dijumpai. Sosokku seperti sudah dilupakan olehnya yang bahagia berjumpa dengan banyak teman sebaya. Melihat itu, aku memilih keluar ruangan, memberikannya keluasaan ruang untuk berinteraksi dengan teman-temannya.
Lima belas menit berlalu tanpa ada komplain darinya. Wow! Luar biasa, hal yang jarang bagi shelo yang sangat terbiasa bersamaku.
Namun, tak lama berselang-terdengar tangis histeris yang meledak-ledak terdengar, awalnya ku tak mengenali bahwa itu adalah tangisan Shelo, karena sungguh berbeda seperti biasanya. Tangisannya terdengar begitu memilukan, ada pemberontakan dan perasaan tak terima dalam tiap tarikan tangisnya.
Dan betapa terkaget-kagetnya aku, ketika kulihat Shelo yang menangis histeris dengan mulut dipenuhi darah dan muka baret-baret bekas luka cakaran.
Mukanya memerah dalam deraian air mata, tangisnya cecegukan layaknya orang yang merasa amat tersakiti. Dipeluknya aku erat, enggan dilepaskan sejengkalan pun.
Kubelai-belai lembut rambutnya, sambil menenangkan tangisnya yang terdengar begitu menyayat, sepertinya hatinya betul2 terluka karena berkali-kali mengatakan “temanku nakal, aku dipukul-pukul. Itu lho bunda yang nakal” sambil menunjuk ke arah seorang anak gadis berusia tak jauh dari Shelo.
Setelah mereda tangisnya dan kembali riang seperti biasanya, Shelo kembali sibuk dengan mainannya-meski kali ini harus dengan Bunda, sama sekali aku tak diperbolehkan berada jauh darinya.
Tak lama kemudian, Ibu guru berhasil membawa gadis kecil yang tadi melukai shelo untuk meminta maap, dengan keluasaan hati Shelo tersenyum dan menyambut sapaan tangan dari temannya.
“ya.. gak apa-apa, tapi gak nakal lagi ya… sini duduk sebelah Shelo” ucapnya dengan lugu.
Hari pertama uji coba yang semarak, meski mendapatkan cidera karena ulah temannya dan menjadi lebih takut berpisah dengan Bunda, namun Shelo terlihat riang dan bersemangat
“besok Shelo sekolah lagi ya Bunda” pintanya sambil melambaikan tangan pada Ibu Guru dan Teman-teman.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar