Selasa, 01 Oktober 2013

sebuah permulaan.....

Aku berada di pulau jawa bagian timur, di sebuah kota kecil daerah watudakon, Mojokerto. Bukan sedang berlibur atau berkunjung ke rumah saudara, namun untuk tugas PKL (praktek kerja lapangan) di sebuah perusahaan farmasi yang berada disana.
Sebuah kota kecil yang membutuhkan waktu sekitar 45 menit untuk menuju pusat kota dengan melewati jembatan besar sungai brantas. Aku merasa terasing disini, selain karena sinyal yang kembang kempis pun juga karena suasana yang sepi, kebanyakan penduduknya bekerja di pusat kota, atau Jombang. Terlebih jika mentari berpulang, dan adzan magrib telah berkumandang. Hanya akan terlihat lampu jalan yang temaram bersinar. Dan kendaraan dengan kecepatan tinggi berlalu-lalang.
aku bersama tiga orang rekan lainnya, menyewa dua buah kamar disebuah rumah penduduk yang letaknya tak jauh dari tempat PKL, hanya sekitar 100 meter, jarak yang masih bisa ditempuh dengan berjalan kaki.
***
sebelum pukul 07.30 kami sudah berjalan beriringan menuju ke pabrik, bersama banyak pegawai lainnya, beberapa ada yang mengedarai kendaraan bermotor, bersepeda atau berjalan seperti kami.
Kebetulan kami bertugas di ruang steril pembuatan salep mata. maka ke unit sterillah kami bergegas. Sebelum memasuki laboratorium steril, tubuh kami akan melewati sebuah pintu yang berfungsi untuk mensterilkan dari segala macam mikroorganisme, lalu kami diwajibkan mengganti pakaian layaknya astronot guna menjaga kesterilan dari produk salep mata.
PKL yang menyenangkan, namun ternyata ini merupakan titik balik dari pemikiranku tentang bekerja di industri farmasi (lain waktu akan kuceritakan lebih banyak tentang hal ini).
***
buku setebal 799 halaman, berjudul Rara mendut karya dari Y.B. Mangunwijaya ikut kubawa serta. Ini adalah hiburanku satu-satunya setelah seharian berkutat dengan laporan dan bahan-bahan kimia.
buku yang luar biasa, tentang perempuan-perempuan tangguh yang berani dan memiliki kepribadian. Membaca kalimat demi kalimat, membuatku berangan-angan ingin memiliki anak perempuan yang tangguh, berani dan berkepribadian. Namun sebelum angan-angan itu melayang jauh ke angkasa , segera saja ku tepis jauh-jauh. Bagiku itu hanya mimpi yang menyesakkan dada, karena kutahu dengan pasti bahwa virus cmv bisa jadi masih setia bersama darahku.
namun alam bawah sadarku tak pernah menghentikan mimpinya.
***
setelah dua minggu berada di watudakon, semangatku mengendur. Entah karena rindu pada lelakiku, bosan dengan rutinitas, atau kondisi tubuh yang tak bersabahat. jika memungkinkan, kepala ini sudah kucopot barang sejenak, karena peningnya sungguh tak dapat ditolelir, atau perut yang mendadak mual-lapar namun tak bisa menampung makanan. Rasa yang sama jika kadar virus cmv nya sedang tinggi dan kondisi tubuh sedang kelelahan. Ditambah pesan singkat yang lama dibalas, juga tumpukan laporan yang menuntut segera diselesaikan.
Kebetulan dari kami berempat, dua orang diantaranya sudah menikah, aku salah satunya. Nah, herannya teman ku yang juga sudah menikah itu, mengalami hal yang lebih kurang sama denganku, bahkan lebih hebat. Seringkali mendengarnya huek-huek dgn suara menggelegar di kamar mandi, membuat perutku semakin mual. Dua yang lainnya, sering memaksaku untuk mencoba membeli testpack, barangkali hamil kata mereka. Tapi kuabaikan, mustahil pikirku. Pernikahanku baru sekitar dua bulanan ini, dan selama dua bulan itu aku masih menetap di kosku dan lelakiku masih di rumah orangtuanya, praktis pertemuan kami untuk making love sangat berbatas.
***
kebetulan aku memiliki siklus menstruasi yang panjang, sekitar 30 hingga 35 hari. Jadi, kalau mundur sekitar seminggu hingga sepuluh hari merupakan hal yang biasa bagiku.
Namun candaan dua rekanku menggilitik pikiranku, akhirnya untuk memuaskan keingintahuan mereka dan tentunya diriku sendiri, dengan berbekal motor pinjaman, aku melaju menuju ke kota ditemani seorang teman. Tiga buah tespack sudah ditangan, aku membeli tiga merek berbeda dengan harga yang tentunya juga berbeda. Namun ragu masih menghantui, aku takut kecewa dengan hasilnya. Jadi, tespack2 itu masih kusimpan saja.
***
hari ini sakit kepalanya semakin tak dapat ditolerir, sedari shalat subuh ku hanya rebahan di kamar. Atas saran ketiga orang teman lainnya, ku diminta untuk beristirahat saja, lagipula agenda hari ini hanya olahraga bersama seluruh direksi dan karyawan. Rumah sepi, si empunya pun sedang ada urusan di luar. Hanya tinggal aku sendiri. kesendirian ini justru memberiku sebuah dorongan yang kuat untuk mendapatkan jawaban, segera kuambil botol bekas minuman mineral, kupotong pada bagian tengahnya dan bergegas ke kamar mandi.
Hatiku berdebar semakin kencang, air kencing tertampung dalam botol air mineral. Ku bawa ke dalam kamar, lalu kupilih tespack dengan harga yang paling mahal. Kucelupkan hingga tanda yang disarankan. Beberapa detik berlalu, dan! Mungkin tespact itu sedang hilap dan membuat kesalahan. Karena disana kulihat dua garis merah nampak nyata tepampang ditubuhnya.
Baru kali itu tawa dan tangis datang bersamaan dalam hidupku. Dengan histeris kutelphon semua orang, lelakiku, ibu, teman untuk menghabiskan gejolak emosi dalam dadaku.
***
jogja
dihadapanku seorang Dokter perempuan spesialis kandungan sedang membaca dengan seksama hasil cek laboratorium yang kulakukan kemarin. Hatiku berdebar tak keruan, tubuhku lemas kehilangan tulang2nya. Ini moment yang menentukan bagiku, jika virus cmv itu mengganas, maka dengan besar hati kuharus mengakhirinya lebih awal dibanding dibiarkan tumbuh tapi tak berkembang dengan baik. Atau jika virus itu sedang berbaik hati denganku maka dengan sepenuh hati pula kan kujaga hingga lahirnya.
“yak.. kita Bismillah yak, semoga ini bisa berjalan dengan baik dan lancar. Tidak perlu khawatir” suara Dokter itu memecah keteganganku, senyumnya mengembang mentrasfer energi positif ke dalam dadaku.
air mata menetes, membasahi pipiku. Kupeluk lelakiku seerat-eratnya.
Ohh… Tuhan, terimakasih telah mengizinkanku memiliki janin ini, mengizinkanku untuk mematangkannya dalam rahimku. Tangisku tak kunjung usai, sepanjang jalan pulang aku masih tak percaya bahwa ada janin yang sedang hidup dalam rahimku, sebuah kehidupan yang berdetak di bawah detak jantungku.
Sungguh aku telah jatuh hati padamu, dan tak sabar ingin segera bertemu.
penuh cinta, bunda.

2 komentar: